RSUD Raden Mattaher Belum Bayarkan Insentif Perawat Sejak Juli 2019, Ini penjelasannya

BRITO.ID, BERITA JAMBI - Para perawat di lingkungan RSUD Raden Mattaher Jambi dikabarkan belum menerima insentif jasa mereka sejak Juli 2019 lalu. Hal itu disebabkan mandeknya pencairan dari klaim BPJS Kesehatan.
Bukan itu saja, persediaan obat-obatan di rumah sakit milik Pemprov Jambi ini pun dikabarkan menipis, karena pihak perusahaan farmasi sempat menyetop distribusi obat untuk RSUD.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Raden Mattaher Jambi dr Dewi Lestari saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut.
Namun terkait pemberian insentif kepada perawat, dikatakan Dewi dalam bulan ini akan segera dibayarkan meskipun bertahap.
"Kalau untuk jasa medis di BPJS, itu uang klaim BPJS sudah masuk ke rekening rumah sakit, hanya saja pencairan itu kan butuh SK kuasa pengguna anggaran (KPA) yang dikeluarkan Gubernur, makanya tertahan belum bisa dibagi. Tapi ternyata kemarin sudah keluar SK nya, mungkin paling lama Selasa atau Rabu depan bisa dicairkan, karena Pak Direktur masih di Jakarta, Sabtu Minggu kan libur, jadi prosesnya hari Senin," jelas Dewi.
Untuk jasa medis yang dicairkan sendiri, menurut Dewi untuk tahap awal ini, baru akan dibayarkan tiga bulan saja, yakni Juli-September 2019, karena anggaran klaim dari BPJS itu, bukan hanya untuk membayar pegawai, melainkan untuk beberapa item lainya, seperti obat-obatan, perlengkapan medis dan lain-lain.
"Jadi kalau ada klaim dari BPJS bukan untuk jasa medis semua, ada juga petuntukan lain," sebutnya.
Untuk sisa pembayaran insentif yang belum dibayarkan, dikatakan Dewi akan tetap dibayar secara bertahap.
"Karena kita nagih ke BPJS prosesnya juga panjang, jadi butuh waktu lama baru bisa dibayar," sebutnya.
Sementara itu, terkait minimnya persediaan obat di RSUD Raden Mattaher pun diakui oleh Wadir Pelayanan, hal itu dikarenakan pihak perusahaan farmasi sempat memblokir pasokan obat ke RSUD karena adanya hutang pembayaran obat RSUD kepada pihak perusahaan farmasi.
"Pihak farmasi sudah sepakat, dibuat perjanjian, pihak Direktur juga sudah bersurat ke perusahaan faramasi. Ini masalah administrasi saja, kan SK pencairan keuangannya sudah keluar. Jadi sudah bisa dibayarkan juga hutang yang lalu," katanya.
Untuk stok jenis obat yang minim sendiri diungkapkan Dewi hanya jenis tertentu saja, dan belum mengganggu pelayanan.
"Boleh dicek dikamar operasi, operasi masih jalan," pungkasnya.
Penulis: Dewi Anita
Editor: Rhizki Okfiandi