Said Aqil Vs Yahya Staquf di Muktamar NU, Pilih AHWA atau Voting?

Muktamar PBNU ke-34 dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi. Namun pertarungan terheboh ada di dua tokoh yang akan memperebutkan kursi PBNU-1 ini. Bahkan sudah dimulai sejak muktamar belum resmi dibuka.

Said Aqil Vs Yahya Staquf di Muktamar NU, Pilih AHWA atau Voting?
Said Aqil Siradj dan Yahya Staquf (IST)

BRITO.ID, BERITA LAMPUNG - Muktamar PBNU ke-34 dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi. Namun pertarungan terheboh ada di dua tokoh yang akan memperebutkan kursi PBNU-1 ini. Bahkan sudah dimulai sejak muktamar belum resmi dibuka.

Dua tokoh yang bakal bertarung di muktamar kali ini adalah Ketum Petahana Said Aqil Siroj dan penantangnya, Yahya Cholil Staquf. Kedua tokoh ini akan memperebutkan suara mayoritas dari 400 lebih pemilik suara.

Nah, sejak persiapan pembukaan muktamar, sudah panas soal cara pemilihan ketum PBNU. Kubu Said Aqil disebut-sebut menginginkan sistem pemilihan Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA). Sedangkan kubu Yahya Staquf dikabarkan ingin voting.

Sistem AHWA adalah mekanisme yang diterapkan untuk memilih Rais Aam PBNU oleh 9 ulama senior dengan cara musyawarah mufakat. AHWA beranggotakan 9 ulama NU senior yang dipilih dengan kriteria berakidah Ahlussunnah wal Jamaah al Nahdliyah, wara', zuhud, bersikap adil, berilmu (alim), integritas moral, tawadlu', berpengaruh, dan mampu memimpin.

Sementara itu, sistem voting digelar dengan cara yang seperti sudah diketahui publik, satu pemilik suara memberikan satu suaranya untuk seorang calon ketum.

Kubu Said disebut-sebut yakin akan menang dengan sistem AHWA. Sedangkan kubu Yahya Staquf dikabarkan yakin menang dengan sistem voting.

Kubu Yahya Staquf mengklaim sudah mendapat dukungan dari 28 PWNU (pengurus wilayah NU tingkat provinsi) dan 440 pengurus cabang (pengurus cabang NU tingkat kabupaten/kota). Jika klaim itu benar, kubu Yahya Staquf sudah mengantongi suara mayoritas pemilik suara muktamar.

PWNU Jakarta diklaim kubu Yahya Staquf sebagai salah satu pendukungnya. Namun klaim itu bisa saja meleset. Sebab, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi DKI Jakarta, Samsul Ma'arif, mengusulkan agar pemilihan Ketum PBNU menggunakan sistem AHWA.

"Paling tidak usulan ini dapat meminimalisir money politics dan keterlibatan pihak pihak luar yang tidak terkait dengan NU dengan alasan kepentingan politik. Pemilihan langsung lebih banyak mudaratnya, terutama Ukhuwah An Nahdliyah ini akan renggang dan berpotensi saling menjatuhkan di antara masing masing pendukung," kata Samsul kepada wartawan, Selasa (21/12/2021).

Entah terkait atau tidak, Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) juga menyampaikan dukungan agar pemilihan ketum berlangsung lewat sistem musyawarah mufakat.

"Di dalam mengambil keputusan muktamar kali ini mestinya mengedepankan aspek musyawarah untuk mufakat. Begitu juga dengan muktamar-muktamar selanjutnya," kata Cak Imin di arena Muktamar PBNU ke-34, Lampung, hari ini

Sumber: detiknews
Editor: Ari