Edi Purwanto Soroti Ribuan Hektare Sawah Terendam di Sungai Penuh dan Krisis Ekologi Sungai Batanghari

Edi Purwanto Soroti Ribuan Hektare Sawah Terendam di Sungai Penuh dan Krisis Ekologi Sungai Batanghari
Dr Edi Purwanto Anggota Komisi V DPR RI. (Dokpri)

BRITO.ID, BERITA JAKARTA – Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jambi, Dr Edi Purwanto, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi pertanian dan lingkungan di Provinsi Jambi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama mitra kerja Komisi V DPR RI.

Dalam forum tersebut, Edi secara khusus menyoroti persoalan krusial yang terjadi di Kota Sungai Penuh, tempat di mana sekitar 3.000 hektare sawah kini tidak dapat difungsikan karena terus-menerus terendam air. Padahal, kawasan itu sebelumnya dikenal sebagai salah satu sentra produksi beras utama di Jambi.

"Di kota Sungai Penuh terdapat 3.000 hektare sawah yang saat ini tidak bisa difungsikan karena terendam air. Dahulu ini adalah lahan produktif untuk padi, tapi sekarang berubah menjadi tempat masyarakat mencari ikan," ungkap Edi dalam forum resmi tersebut.

Upaya untuk mengatasi masalah tersebut sempat dilakukan melalui anggaran daerah, baik dari APBD kabupaten maupun provinsi, namun menurut Edi, beban anggaran yang dibutuhkan terlalu besar. Biaya normalisasi lahan mencapai puluhan miliar rupiah dan tidak dapat ditanggung oleh pemerintah daerah sendiri.

"Sudah kita coba dengan APBD, tapi memang tidak sanggup. Biayanya mahal sekali. Maka perlu keterlibatan langsung dari pemerintah pusat agar 3.000 hektare itu bisa kembali berfungsi," tambah Edi.

Potensi ekonomi dari pengaktifan kembali sawah tersebut sangat besar. Dengan produktivitas rata-rata mencapai 9 ton gabah per hektare setiap musim, dan apabila dilakukan tiga kali panen dalam setahun, maka total produksi bisa mencapai 27 ton per hektare. Jika dikalikan dengan total luas 3.000 hektare, maka dalam satu tahun lahan itu berpotensi menghasilkan 81 ribu ton gabah.

"Itu angka yang luar biasa. Kalau ini kita maksimalkan, Sungai Penuh bisa menjadi lumbung pangan yang sangat strategis, bukan hanya untuk Jambi, tapi juga untuk wilayah Sumatera," ujarnya.

Selain menyoroti masalah pertanian, Edi juga mengangkat isu kritis lainnya yaitu kondisi Sungai Batanghari. Sungai terpanjang di Pulau Sumatera ini kini mengalami degradasi serius akibat pendangkalan, abrasi, dan longsor di sepanjang alirannya.

"Sungai Batanghari ini sungai bersejarah. Panjangnya lebih dari 800 kilometer dari hulu ke hilir, dan kondisinya sekarang memprihatinkan. Banyak bagian sungai yang mengalami pendangkalan dan abrasi parah. Ini perlu ditangani serius karena berdampak luas pada lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar," jelas Edi.

Ia juga menyinggung nilai sejarah Sungai Batanghari yang tidak bisa diabaikan. Menurutnya, beberapa tokoh nasional pernah menorehkan pemikiran-pemikiran kebangsaan di sepanjang sungai tersebut.

"Di atas Sungai Batanghari itu dulu, tokoh seperti Rambung Kanong menulis pemikiran tentang negara ini. Mardi juga ada di sana. Artinya sungai ini bukan hanya soal fisik, tapi juga menyimpan sejarah dan budaya yang harus kita hormati," kata Edi menutup penyampaiannya.

Edi Purwanto yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Jambi berharap agar pemerintah pusat memberikan perhatian lebih terhadap daerah-daerah seperti Sungai Penuh dan kawasan sekitar Sungai Batanghari, karena memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan konservasi lingkungan jangka panjang.

Penulis : Ari Widodo